Tradisi Pengerupukan di Bali merupakan salah satu rangkaian penting dalam perayaan Hari Raya Nyepi. Masyarakat Bali melaksanakan tradisi ini sehari sebelum Nyepi untuk membersihkan lingkungan dari gangguan bhuta kala atau energi negatif. Selain itu, tradisi ini juga menjadi simbol kesiapan masyarakat memasuki hari penyucian dan keheningan total saat Nyepi berlangsung.
Karena memiliki nilai filosofis yang mendalam, tradisi Pengerupukan tidak hanya menarik bagi masyarakat lokal, tetapi juga wisatawan yang ingin memahami budaya Bali secara lebih menyeluruh. Melalui artikel ini, Anda akan menemukan penjelasan lengkap mengenai sejarah, makna, prosesi, hingga berbagai hal unik yang selalu melekat pada pelaksanaan tradisi tersebut.
Apa Itu Tradisi Pengerupukan di Bali?
Tradisi Pengerupukan adalah ritual pengusiran roh jahat yang diperingati pada malam Tilem Kesanga, yaitu sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Di Bali, malam Pengerupukan menjadi momen untuk mengusir unsur negatif dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu, masyarakat membuat bunyi-bunyian keras, membakar obor, dan mengarak ogoh-ogoh sebagai simbol bhuta kala yang harus disingkirkan.
Ritual ini dipercaya membawa masyarakat menuju kondisi yang lebih bersih, damai, dan siap menjalani hari penuh keheningan saat Nyepi tiba.
Sejarah Tradisi Pengerupukan
Sejarah tradisi Pengerupukan tidak dapat dipisahkan dari ajaran Hindu Dharma yang dianut masyarakat Bali. Sejak ratusan tahun lalu, tradisi ini muncul sebagai bagian dari upacara Tawur Kesanga, yaitu ritual penyelarasan alam semesta. Dalam ajaran Hindu Bali, keseimbangan antara manusia, alam, dan makhluk tak kasat mata sangat penting.
Dari sinilah muncul konsep Bhuta Yadnya, yaitu persembahan kepada unsur bhuta kala agar tidak mengganggu kehidupan manusia. Pengerupukan kemudian berkembang menjadi ritual puncak dalam upaya menolak bala, sekaligus membersihkan diri sebelum memasuki status suci saat Nyepi.
Makna Filosofis Tradisi Pengerupukan
Tradisi Pengerupukan memiliki makna filosofis yang mendalam. Berikut beberapa maknanya:
1. Pembersihan Lingkungan
Bunyi-bunyian, obor, dan asap dupa dipercaya mampu mengusir energi negatif dari sekitar rumah.
2. Penyucian Diri
Prosesi ini mengajak masyarakat untuk meninggalkan sifat buruk, seperti amarah, iri, dan keserakahan.
3. Keseimbangan Alam
Ritual persembahan kepada bhuta kala dilakukan agar alam dan manusia tetap berada dalam harmoni.
4. Pengendalian Diri
Dengan melalui Pengerupukan, masyarakat diajak untuk tenang dan siap masuk ke tahap Catur Brata Penyepian pada hari berikutnya.
Prosesi Tradisi Pengerupukan di Bali
Tradisi Pengerupukan berlangsung dalam beberapa tahap. Setiap tahap memiliki makna khusus dan dilaksanakan secara runtut. Berikut penjelasan lengkapnya:
1. Upacara Bhuta Yadnya
Ritual ini dimulai dengan persembahan berupa nasi tawur, canang, dan sesajen lain untuk menetralkan energi negatif. Dalam tahap ini, pemangku akan memimpin doa agar bhuta kala tidak mengganggu umat manusia.
2. Menghaturkan Api atau Obor
Masyarakat menyalakan api atau obor sebagai simbol cahaya suci. Api ini melambangkan penerangan yang menghalau kegelapan dan roh jahat.
3. Membunyikan Benda-Benda Keras
Untuk mengusir energi negatif, orang-orang memukul kentongan, memainkan gamelan, atau bahkan memukul-mukul benda logam agar menimbulkan suara keras.
4. Pawai Ogoh-ogoh
Inilah bagian paling terkenal dari tradisi Pengerupukan. Ogoh-ogoh adalah patung raksasa yang melambangkan bhuta kala. Patung tersebut diarak keliling desa sambil menari dan diiringi gamelan. Meskipun dulu ogoh-ogoh sering dibakar, kini sebagian tidak dibakar untuk alasan pelestarian lingkungan.
5. Penyiraman Air Suci
Setelah prosesi selesai, rumah dan lingkungan disucikan kembali dengan percikan air suci sebagai tanda bahwa energi negatif sudah dilepaskan.
Tabel Informasi Tradisi Pengerupukan di Bali
| Aspek | Penjelasan |
| Hari Pelaksanaan | Malam sebelum Hari Raya Nyepi (Tilem Kesanga) |
| Tujuan Utama | Mengusir bhuta kala dan membersihkan lingkungan |
| Simbol Penting | Ogoh-ogoh, obor, suara bising, sesajen |
| Makna Spiritual | Penyucian diri, keseimbangan alam, ketenangan batin |
| Kegiatan Terkenal | Pawai ogoh-ogoh di seluruh Bali |
| Keterlibatan Masyarakat | Sangat tinggi, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa |
Keunikan Tradisi Pengerupukan
Tradisi ini memiliki banyak keunikan yang membuatnya sangat dikenal:
- Ogoh-ogoh sebagai ikon budaya Bali
Dibuat dengan kreativitas tinggi dan sering memiliki desain karya seni yang megah. - Keterlibatan semua generasi
Dari anak muda hingga orang tua terlibat langsung dalam pembuatan ogoh-ogoh. - Perpaduan antara seni dan spiritual
Tradisi ini bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga pertunjukan seni budaya. - Suasana meriah sebelum keheningan Nyepi
Malam Pengerupukan menjadi malam paling meriah sebelum seluruh Bali memasuki suasana sunyi.
Dampak Tradisi Pengerupukan bagi Masyarakat Bali
Tradisi Pengerupukan memberikan dampak yang luas, baik secara sosial maupun budaya:
1. Memperkuat Kebersamaan
Pembuatan ogoh-ogoh biasanya dilakukan secara gotong royong. Hal ini memperkuat hubungan sosial antarwarga.
2. Melestarikan Seni Lokal
Ogoh-ogoh mendorong generasi muda untuk terus mempelajari seni pahat dan kerajinan khas Bali.
3. Menarik Minat Wisatawan
Setiap tahun, ribuan wisatawan datang hanya untuk menyaksikan pawai ogoh-ogoh.
4. Mengajarkan Nilai Kehidupan
Tradisi ini mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan dan mengontrol sifat buruk dalam diri.
FAQ Tentang Tradisi Pengerupukan di Bali
Pengerupukan adalah rangkaian terakhir sebelum Hari Nyepi. Ritual ini bertujuan membersihkan energi negatif sehingga masyarakat dapat memasuki hari penyucian dengan lebih tenang.
Ogoh-ogoh melambangkan bhuta kala. Pawai ogoh-ogoh merupakan simbol pengusiran kejahatan dari lingkungan sekitar.
Beberapa daerah masih melakukannya, tetapi banyak desa adat memilih tidak membakar ogoh-ogoh untuk menjaga lingkungan.
Wisatawan dapat menyaksikan pawai ogoh-ogoh, namun tetap harus menghormati aturan adat setempat dan menjaga ketertiban.
Ya, hampir seluruh desa adat di Bali melaksanakan tradisi Pengerupukan dengan cara dan kemeriahan masing-masing.

