Pariwisata berbasis komunitas atau Community-Based Tourism (CBT) semakin populer di Indonesia karena menawarkan pengalaman autentik sekaligus memberikan manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat lokal. Di tengah pesatnya perkembangan pariwisata modern, konsep ini muncul sebagai solusi untuk mengurangi ketimpangan ekonomi, menjaga budaya, dan melestarikan lingkungan. Selain itu, pembahasan mengenai hubungan antara pariwisata dan teknologi sudah banyak diulas, salah satunya dalam artikel ekonomi pariwisata dan dampak teknologi yang menunjukkan bagaimana inovasi digital semakin memengaruhi cara desa mengembangkan pariwisatanya
Apa Itu Pariwisata Berbasis Komunitas?
Pariwisata berbasis komunitas adalah model wisata yang:
- Dikelola langsung oleh masyarakat lokal
- Berfokus pada keberlanjutan budaya dan lingkungan
- Memberikan manfaat ekonomi bagi warga sekitar
- Mengutamakan pengalaman autentik bagi wisatawan
Dengan kata lain, wisatawan bukan hanya datang untuk melihat tempat indah, tetapi juga belajar, berinteraksi, dan memberdayakan masyarakat yang dikunjungi.
Manfaat Ekonomi Pariwisata Berbasis Komunitas
Pariwisata berbasis komunitas mampu menciptakan dampak ekonomi positif yang signifikan. Berikut manfaat utamanya:
1. Menambah Pendapatan Langsung untuk Masyarakat
Warga bisa mendapatkan penghasilan dari:
- Homestay
- Kuliner lokal
- Tour guide
- Paket wisata desa
- Kerajinan tangan
- Penyewaan alat (sepeda, kano, dll)
Pendapatan ini langsung diterima masyarakat tanpa perantara, sehingga nilai ekonominya lebih besar.
2. Membuka Lapangan Kerja Baru
CBT menciptakan peluang pekerjaan seperti:
- Pemandu wisata
- Pengrajin
- Penjual produk UMKM
- Pengelola homestay
- Pengelola destinasi
Hal ini membantu mengurangi urbanisasi karena pemuda desa memiliki alasan kuat untuk bekerja di wilayahnya sendiri.
3. Mendorong Pertumbuhan Usaha UMKM
Semakin berkembang sebuah desa wisata, semakin banyak UMKM baru yang muncul, misalnya:
- Warung kuliner lokal
- Coffee shop
- Produk herbal
- Kerajinan khas desa
- Transportasi lokal
Pariwisata komunitas dapat memicu ekonomi sirkular desa.
4. Dana Desa Lebih Optimal
Pendapatan dari tiket masuk, paket wisata, atau kegiatan lain bisa disalurkan kembali untuk:
- Perbaikan infrastruktur
- Pendidikan dan pelatihan
- Pelestarian budaya
- Perbaikan fasilitas desa
Ekonomi lokal menjadi lebih kuat dan stabil.
Contoh Sukses Pariwisata Berbasis Komunitas di Indonesia
Beberapa desa wisata berhasil membuktikan bahwa CBT mampu membawa kemajuan besar:
1. Desa Penglipuran, Bali
Terkenal dengan kebersihan dan arsitektur tradisional, masyarakat setempat mengelola sendiri semua aktivitas wisata. Hal ini membuat Penglipuran menjadi desa wisata kelas dunia.
2. Desa Nglanggeran, Gunungkidul
Dahulu kawasan tandus, kini menjadi destinasi ekowisata yang menginspirasi. Pendapatan desa meningkat pesat berkat pengelolaan kolektif masyarakat.
3. Desa Wisata Sade, Lombok
Budaya Suku Sasak menjadi daya tarik utama. Komunitas lokal menyediakan paket wisata budaya, kain tenun, dan homestay tradisional.
Tantangan Pariwisata Berbasis Komunitas
Walaupun menjanjikan, model CBT juga memiliki beberapa tantangan:
1. Keterbatasan Sumber Daya Manusia
Tidak semua masyarakat desa memiliki kemampuan:
- Manajemen wisata
- Bahasa asing
- Marketing digital
- Hospitality
Pelatihan harus dilakukan secara berkelanjutan.
2. Promosi yang Belum Maksimal
Banyak desa wisata tidak memiliki strategi:
- Branding
- Pemasaran digital
- Media sosial
- Kerjasama dengan travel agent
Sehingga potensinya belum sepenuhnya terlihat.
3. Infrastruktur yang Belum Memadai
Akses jalan, sinyal internet, dan fasilitas publik kadang masih terbatas.
4. Risiko Komersialisasi Budaya
Jika tidak diatur dengan baik, budaya lokal bisa kehilangan makna karena terlalu menyesuaikan kebutuhan wisatawan.
Strategi Meningkatkan Pariwisata Berbasis Komunitas
Agar CBT memberikan manfaat maksimal, ini strategi yang dapat diterapkan:
1. Penguatan SDM Masyarakat
Melalui pelatihan:
- Bahasa Inggris
- Tour guide
- Pelayanan publik
- Fotografi dan branding
- Pengelolaan homestay
2. Digitalisasi Pariwisata
Termasuk:
- Website desa wisata
- Marketplace paket wisata
- TikTok, Instagram, YouTube
- Sistem booking online
3. Kolaborasi dengan Pemerintah & Swasta
Mencakup:
- Pendampingan desa
- Bantuan dana
- Pelatihan marketing
- Infrastruktur pendukung
4. Pelestarian Budaya dan Lingkungan
CBT harus tetap menjaga:
- Adat dan tradisi
- Kebersihan lingkungan
- Kelestarian alam
Wisata harus berjalan seimbang dengan kehidupan lokal.
Perbandingan Dampak Pariwisata Konvensional vs Berbasis Komunitas
| Aspek | Pariwisata Konvensional | Pariwisata Berbasis Komunitas |
|---|---|---|
| Manfaat ekonomi | Banyak mengalir ke investor | Langsung ke masyarakat |
| Pengelola | Perusahaan besar | Komunitas lokal |
| Dampak budaya | Rentan komersialisasi | Menjaga tradisi lokal |
| Dampak lingkungan | Sering terjadi kerusakan | Lebih berkelanjutan |
| Pengalaman wisatawan | Umum dan komersial | Autentik dan edukatif |
FAQ – Pariwisata Berbasis Komunitas
1. Apa itu pariwisata berbasis komunitas?
Model pariwisata yang dikelola masyarakat lokal untuk memberikan manfaat ekonomi langsung dan menjaga budaya serta lingkungan.
2. Apa keuntungan CBT bagi masyarakat?
Pendapatan meningkat, lapangan kerja bertambah, UMKM tumbuh, dan desa lebih mandiri.
3. Mengapa wisatawan menyukai CBT?
Karena menawarkan pengalaman autentik, budaya asli, dan interaksi langsung dengan masyarakat.
4. Bagaimana cara desa memulai model CBT?
Dengan membentuk kelompok sadar wisata, pelatihan masyarakat, membangun paket wisata, dan membuat promosi digital.

